Senin, 16 September 2013

Yes I remember



Siang ini, matahari terlihat malu menampakan dirinya. Tapi aku harus siap mengantarkan HP dan dompet ayah yang tertinggal dirumah ke kantornya. Ku berhenti sejenak di ufuk pintu dan menatap ke langit. “mungkin kau akan menangis hari ini, tapi tunggulah sampai ku kembali kerumah. Agar aku dapat melihat tangisanmu dengan hangat”. 

                Ku mulai memutar roda sang jagoan untuk pergi. Aku termangu memandangi jalanan. Lihatlah betapa sibuknya kendaraan-kendaraan itu berseliweran dihadapan ku. Sesekali bunyi telakson mengagetan jantung ku, memberi tanda betapa terburu-burunya mereka untuk segera pergi.

                Tak lama ku memacu kuda besi ku dengan cepat, sampailah aku di depan halaman kantor ayah. Tak lama setelah ku parkirkan motor ku di bibir jalan.
“assalamualaikum tante ini mi, apakabar? “ sapa ku di telepon dengan salah satu rekan ayah.
“walaikumsalam hey mi, kabar baik J kamu sendiri bagaimana? “
“alhamdulillah tante, mi baik juga J. Oiya tante di ruangan ada ayah ga? Mi udah ada di depan gedung. Maaf tante sebelumnya, boleh mi minta tolong panggilkan ayah untuk turun ga ? J
“masuk aja mi sini keatas,tidak apa-apa ko”
“hehehe ga enak tante, lagi pula susah parkirnya masuk kedalam sudah penuh”
“oiya yah, ya nanti tante kasih tau ayah mu, ni dia lagi turun. Tunggu sebentar ya mi J
“ iya tante terimakasih sebelumnya. Assalamualaikum”
“ iyah sama-sama . walaikumsalam”

                3 menit kemudian, di ujung tangga ku melihat ayah datag menghampiri. Sapa hangat dari wajah sejuknya membuka pertemuan kami.
 “ assalamualaikum, sudah sampai mi?”.
 “iya yah, ini hp dan dompetnya. Lain kali jangan sampai lupa lagi atuh :D” ledek ku dengan ayah.
“ hehe iyah, ya namanya juga lupa tak bisa disalahkan toh :D*tertawa halus*” sepertinya ayah tak mau kalah dengan perkataan ku ini hehehe.
“iyaa,,,nanti kalo tertinggal lagi bakal minta ongkos kirim nih kayaknya :D hahaha” guyon ku pada ayah
“hahaha kamu ini, ni buat beli makan. Ayah tau kamu pasti laper kan kalo udah jam segini.” Ayah menjulurkan tangan nya dan memberiku selembar uang kertas untuk membeli makanan hahah, ayah memang royal kalo soal makanan ke aku.
“mheheh mi ga minta loh yaaaa, :D tapi emang bener mi laper yah hehe” ledek ku malu-malu.

                Ku akhiri pertemuan ku dengan mencium tangan ayah siang tadi. Segera ku meluncur dengan gesit dengan kuda besi ku ini. Terlihat jelas di spion mungil ku ini, ayah masih berdiri melihat kepergian ku hinggu ku menghilang di pertigaan jalan. 

                Ya, sampai saat ini langit masih terselimut kegelapan nya. Khawatir karna aku tak membawa jas hujan ku pacu terus kuda ini. Tak sadar beberapa titisan mendarat di kaca helm ku. “ hay malaikat hujan yang tampan nan rupawan. Bisa kah kau tahan sebentar tangisan mu?. Biarkan anak kecil ini terlebih dahulu mendaratkan tubuhnya di sofa empuk di tengah ruangan”. Teriak ku dengan kencang. Entahlah tak terfikir apakah orang disamping ku yg sedang berkendara juga ikut mendengarkan percakapan konyol ku itu dengan sang malaikat hujan atau tidak. Tak ku perdulikan karna yang dibenak ku hanya cepat sampai rumah.

                Aku kembali menghela nafas. Jalanan menuju rumah lumayan senggang. Beberapa saat tiba dirumah malaikat hujan pun benar-benar menangis hingga membuat jiwa inii terasa menggigil dibuatnya. Entah apa yang membuatnya hingga pagi ini mangis. Andai aku bisa mengetahui kesedihan mu itu, akan ku buat diri ini sebagai badut penghibur.

                Jreeng..jreengg.jreng.. petikan gitar mengantarkan ku pada siang yang sejuk nan gelab. Kadang aku suka memainkan gitar disaat berbagai situasi. Entahlah terkadang sang jiwa inilah sebagai pemersatu keadaan. Masih sambil memainkan gitar, aku pun membuka laptop ...

                 Baru ingin mengetik kunci pasword di laptop , seorang pengamen wanita mendendangkan nyanyiannya di teras rumah. Aku sempat terkejut, sejenak ku terdiam dalam hanyutan lagu sang pengamen wanita tersebut.

                I remember…The way you glanced at me, yes I remember
     I remember…When we caught a shooting star, yes I remember
     I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I

Sambil menyenandungkan lagu yang familier itu, sepotong kisah  pendek terlintas dikepalaku. Cerita tentang seseorang yang pernah menjadi istimewa. Untaian memori yang secara otomatis muncul ketika lagu dari mocca ini terputar. Terdengar berlebihan memang , sudahlah aku tak ingin terlarut dalam emosi yang tidak perlu. Ku keluar dan memberikan selemar kertas pada wanita pengamen tersebut. Ku lirik ia tersenyum pada ku. 

                Apakah semesta telah memaksa ku mengingat nya lagi lewat pengamen separuh baya tadi. Entahlah , dibenak ku saat ini hanya ingin bertemu denganngan nya mungkin sekali lagi. 

“Tengnong”..suara pemberitahuan bahwa ada pesan masuk di hp. Dan kau tiba-tiba muncul. Ya kau muncul. Seperti malaikat yang dikirim semesta dari antah-berantah. Dengan kata sepatah mu itu kau menegur ku lagi. Tidak pernah ku  berfikir bahwa hal ini akan terjadi. Mungkin sedikit berlebihan dalam sebuah andai-andai, tapi inilah nyatanya. 

Siang hari yang sejuk menjadi saksi. Sekian hari kau acuhkan aku, kau diamkan aku dan menghilang, Kau ingin bertemu dengan ku malam ini. Berputar. Dalam pusarannya aku terhisap. Dalam pusarannya aku menunggumu, menunggumu. Menunggu sambil berharap sepenuh jiwa agar penantianku tidaklah sia-sia dilalap waktu. 

Ku senandungkan sisa lagu tadi. Lagu yang telah memberikan sejuta memori di kepala ku. Di akhir pekan , di bawah pohon rindang, di depan danau yang sejuk, yang masih menyisahkan lagi banyak pertanyaan.

And the way you smile at me,Yes I remember


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar